Jumat, 15 Januari 2016

Teror Bom Jakarta dan Kembalinya Para Teroris Asia Tenggara


Singapura - Teror bom yang melanda Jakarta dinilai mengkonfirmasi ketakutan terburuk negara-negara Asia Tenggara. Hal ditambah banyaknya warga Asia Tenggara yang pulang usai bertempur bersama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan siap melakukan serangan di negara asalnya.

"Kita tahu bahwa mereka (ISIS) memiliki keinginan untuk mendeklarasikan sebuah provinsi di kawasan ini dan ada beberapa kelompok di kawasan... yang telah menyatakan sumpah setia kepada mereka," sebut pakar militan Asia Tenggara dari Nanyang Technological University di Singapura, Kumar Ramakrishna, seperti dilansir AFP, Jumat (15/1/2016).

"Ancaman para petempur dari Asia Tenggara yang pulang usai diradikalisasi di wilayah Irak maupun Suriah menjadi faktor kekhawatiran lain, bersama dengan kemungkinan pelaku serangan yang diradikalisasi sendiri," imbuhnya.

Teror bom Thamrin yang terjadi pada Kamis (14/1) pagi menewaskan dua warga sipil, yang salah satunya warga negara Kanada dan juga lima pelaku. Kapolda Metro Irjen Pol Tito Karnavian sebelumnya menyebut, warga Indonesia bernama Bahrun Naim yang terkait ISIS sebagai dalang teror Thamrin. Bahrun disebut berambisi menjadi pemimpin ISIS di kawasan Asia Tenggara dengan mendirikan kelompok Katibah Nusantara. 

Bahrun dikabarkan pergi ke Suriah tahun 2014 setelah bebas dari penjara. Dia sempat dihukum penjara 2 tahun 6 bulan karena kedapatan menyimpan amunisi peluru tanpa izin. 

Dalam komunikasinya dengan Reuters, melalui layanan pesan Telegram, pada November 2015, Bahrun menyatakan ada lebih dari cukup pendukung ISIS yang bisa melakukan aksi di Indonesia. "Tunggu saja pemicu yang tepat," ucap Bahrun saat itu, seperti dilansir Reuters.

Secara terpisah, perusahaan konsultan keamanan yang berbasis di New York, The Soufan Group menyebut bahwa sekitar 500-700 warga Indonesia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bertempur bersama ISIS, telah kembali pulang. Orang-orang ini pulang membawa ancaman untuk negara asalnya.

"Pemerintah di kawasan ini, harus bekerja bersama untuk mencegah pembentukan kekhalifahan satelit karena jika satelit semacam itu dideklarasikan, ancaman di Asia Tenggara akan berkembang," ucap pakar terorisme kawasan Asia Tenggara, Rohan Gunratna.

"Ada kelompok-kelompok berbasis di Indonesia dan Filipina yang telah menyatakan kesetiaan pada IS (nama lain ISIS) dan kelompok-kelompok itu harus dimusnahkan," imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar